Teori Konseling

Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksanaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Teori diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka untuk melaksanakan penelitian; sejumlah proposisi yang terintregasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.
Teori yang baik mempunyai kriteria sebgai berikut: jelas, komprehensif, parsiminous atau dapat menjelaskan data secara sederhana dan jelas, dan dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat. Adapun fungsi teori antara lain: memberikan kerangka kerja bagi informasi yang spesifik, menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi sederhana, menyusun pengalaman-pengalaman sebelumnya, mensistematikkan penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, dan memberi penjelasan.


Lahirnya Teori Konseling
Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Suatu teori mencerminkan kepribadian pembuatnya, sebagai suatu hasil proses waktu, kondisi kekuatan sosial dan budaya dan filsafat yang dianut pembuatnya.
Teori-teori konseling muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan abad 20. Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan dengan pribadi pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan filsafat. Demikian pula pemuculan teori-teori konseling mempunyai karakteristik seperti tersebut di atas. Dari perkembangannya secara khronologis, Shertzer dan stone (dalam M. Surya, 2003, 2), menggambarkan sebagai berikut:

Psychoanalytic---------Trait and Factor------- Self Theory -----------Eksistensial

1900 ----------------------------------------------------------------------------2000

Dari dimensi lain, peterson menggambarkan perkembangan teori konseling dalam suatu kontinum sebagai berikut :
Rational-----------Learning Psychoanalytic--------- Phenomenological-------- Existensial

Cognitive --------------------------------------------------------------------------Affective

Manfaat Teori Bagi Seorang Calon Konselor dan Konselor Profesional
Suatu teori mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, meringkaskan dan menggeneralisasikan suatu kesatuan informasi; kedua, membantu dalam pemahaman dan penjelasan suatu fenomena yang kompleks; ketiga, sebagai prediktor bagi sesuatu yang mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu; dan keempat, merangsang penelitian dan pengumpulan data lebih lanjut.
Teori konseling merupakan sebuah model rencana atau tindakan apa yang akan ditingkatkan. Teori konseling memberikan referensi untuk memahami kemungkinan penyebab perilaku yang tipikal dan merusak diri klien. Kerangka referensi juga memungkinkan konselor untuk memahami kemungkinan penyebab kesulitan pada klien yang memiliki masalah. Hal ini bukan berarti bahwa konselor memiliki sebuah set jawaban yang definitif untuk setiap masalah yang klien ungkapkan, atau bahwa semua klien dengan masalah yang sama memiliki keidentikan perilaku. Teori konseling memungkinkan konselor membuat beragam asumsi tentang penyebab perilaku klien.
Teori konseling memberikan banyak makna dalam megatur apa yang orang lain pelajari tentang proses konseling. Teori konseling memandu mengindikasi kemungkinan penyebab kesulitan klien, pelatihan alternatif tindakan dan perilaku penasaran konselor dalam proses konseling. Dan adapun tugas konselor berkaitan dengan teori konseling adalah konselor dituntut untuk menguasai teori-teori konseling.

Mempergunakan Teori Konseling
Dalam mempergunakan teori konseling, konselor hendaknya mampu meringkas dan menggeneralisasikan data klien sebagai dasar dalam diagnosis dan prognosis. Pemahaman terhadap klien merupakan dasar utama dalam proses konseling. Hal ini merupakan fungsi kedua dari teori yang telah disebutkan di atas. Selanjutnya dalam kaitan dengan fungsi ketiga, konselor hendaknya mampu membuat prediksi tentang tindakan yang akan dilakukan bersama kliennya. Juga memprediksi kemungkinan-kemungkinan hasil yang bakal dicapai oleh klien berdasarkan data dan perlakuan konseling yang dilaksanakan. Akhirnya, dengan teori para konselor dapat melakukan tindakan penelitian untuk mengkaji proses dan hasil konseling.


Sumber
C
oorey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung :
Refika Aditama

Dahar, RW. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Hansen, JC, .dkk. (1982). Counseling Theory and Process. Massachusett: Allyn
and Bacon, Inc

Surya, M. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung : Pustaka Bany Quraisy


Tak menjadi milik kita mungkin itu memang belum baik bagi kita

"laa mania lima a'taita wala mu'tia lima mana'ta walaa yanfau dzal jaddi minka jad"

memang benar setiap rencana Allah itu indah, walau kadang penuh misteri, tak kunjung dan takpernah kita dapatkan jawabannya kecuali jika Allah memang menghendaki.

tak usahlah terlalu kecewa apa yang luput dari tangan kita, tak usah jua membuat terlalu senang apa yang kita raih. semua hanya titipan, hadiah di kehidupan yang sementara ini, jika Allah menghendaki kita berlebih atau berada dalam kekurangan pandanglah semuanya dengan sederhana.

karena dunia memang sederhana,hingga dunia mengajari kita ambisi kehidupan.

kita terlahir sebagai manusia biasa yang terus mencoba belajar memperbaiki diri, walau terkadang dalam setiap prosesnya kita mesti terjatuh diantara kerikil tajam,tebing, kubangan lumpur. tak apalah kita nikmati semuanya sebagai satu episode dari rangkaian episode kehidupan yang harus kita lewati.

"tak ada yang bisa menghalangi jika Engkau mau memberi, dan tak ada yang bisa memberi jika memang Engkau belum menghendaki. dan tak bisa memberi manfa'at sedikitpun orang yang berkemampuan jika memang Engkau tak memberinya kemampuan."